Dek…

ruang rindu

dek, saya tau, saya bukan kaka yang baik. tapi asal kamu tau, kaka sayang sama kamu. sungguh.

dek, saya tau, saya ini kaka yang cerewet. tapi asal kamu tau, seringkali cerewet adalah tanda sayang.

dek, saya tau, saya ini sok tangguh, sok pedulian. tapi asal kamu tau, sungguh ini bukan sok pedulian, tapi karena memang betulan peduli.

dek, saya sadar, saya ini banyak menuntut ini dan itu. banyak jejali tugas. banyak berbusa-busa. tapi asal kamu tau, sungguh ini bukan sekadar tuntutan, tugas, dan retorika. melainkan karsa, asa, dan rasa. kamu adalah tunas yang kunanti-nanti menjadi bernas.

dek, saya minta maaf, jikalau saya bukan kaka yang asik. setidaknya biar engkau belajar bahwa hidup di dunia ini memang ga selalu asik. dan kita, harus bisa bertahan dari ketidakasikan sementara itu.

dek, saya minta maaf, jikalau pernah tampak setengah hati dalam membersamaimu. tapi asal kau tau, doa saya tak pernah setengah-setengah, in syaa Allaah.

dek, saya minta maaf, jikalau seringkali salah memahamimu. sebab kadang, memahami diriku sendiri aku tak mampu.

dek, saya minta maaf, jikalau saya belum bisa jadi kaka yang baik. tapi asal kau tau, saya sudah berusaha.

dek, saya minta maaf, jikalau ukhuwah seringkali justru terasa menyakitkan.

dek, saya minta maaf, jikalau saya tak mahir mem-verbalkan cinta, sebab bagiku cinta bukan lagi sebuah kata benda. seringkali kita cukup berbuat sesuatu, hingga akhirnya ia tau, cinta itu apa.

dek, saya minta maaf… sudikah segala khilaf dimaafkan?

“Dalam dekapan ukhuwah, kita punya ukuran-ukuran yang tak serupa. Kita memiliki latar belakang yang berlainan. Maka tindak utama yang harus kita punya adalah; jangan mengukur orang lain dengan baju kita sendiri, atau baju milik tokoh lain lagi.

Dalam dekapan ukhuwah setiap manusia tetaplah dirinya. Tak ada yang berhak memaksa sesamanya untuk menjadi sesiapa yang ada dalam angannya.

Dalam dekapan ukhuwah, segala kecemerlangan generasi Salaf memang ada untuk kita teladani. Tetapi caranya bukan menuntut orang lain berperilaku seperti halnya Abu Bakar, ‘Umar, “Utsman atau ‘Ali. Sebagaimana Nabi tidak meminta Sa’ad bin Abi Waqqash melakukan peran Abu Bakar.

Pahamilah dalam-dalam tiap pribadi. Selebihnya jadikanlah diri kita sebagai orang yang paling berhak meneladani mereka. Tuntutlah diri untuk berperilaku sebagaimana para salafush shalih dan sesudah itu tak perlu sakit hati jika kawan-kawan lain belum jua mengikuti.

Sebab teladan yang masih menuntut sesama untuk juga menjadi teladan, akan kehilangan makna keteladanan itu sendiri. Maka jadilah kita teladan yang sunyi dalam dekapan ukhuwah.

Ialah teladan yang memahami bahwa masing-masing hati memiliki kecenderungannya, masing-masing badan memiliki pakaiannya dan masing-masing kaki mempunyai sepatunya. Teladan yang tak bersyarat dan sunyi akan membawa damai. Dalam damai pula keteladannya akan menjadi ikutan sepanjang masa.” (ust. salimafillah)

halo dek. apa kabar? :))

5 respons untuk ‘Dek…

Tinggalkan komentar